CINTA TAK HARUS MEMILIKI 2

Bookmark and Share
Cerita Inspirasi : Senin pagi, berkicau burung-burung yang asyik bercengkrama, bermain, berterbangan, meloncat dari dahan ke dahan, sesaat mereka terbang tinggi dan jauh tetapi kembali hinggap ke dahan dan kadang ke bawah. Betapa cerianya mereka, seperti tak ada beban yang ditanggungnya. Harusnya Firman juga begitu, dapat dengan mudahnya menghempaskan pernak-pernik hidup yang ditempuhinya.


Sesaat setelah ia mandi menyegarkan tubuhnya, berdiri ia di depan cermin di samping pintu kamarnya yang setengah membuka. Ia menatap wajahnya, berusaha menciptakan senyum sebagai tanda semangat untuk memulai harinya.
“Semangat,..!! kau tak boleh jatuh terpuruk seperti ini, Firman! Masih banyak waktu yang dapat kau isi agar hidup ini lebih bermakna”. Berbicara sendiri ia di depan cermin sambil menyentuh bayangan wajahnya.
“Hari ini, besok ataupun lusa kau harus bisa bertemu dengannya, Firman! Jangan kecewakan atimu”. Gumamnya dalam hati.

 Tampangnya lebih berwibawa dengan dasi yang melingkari lehernya, dengan jas yang menutupi kemejanya, ia melangkah keluar. Seketika itu terlihat petugas kantor Pos dengan sigap mengantarkan amplop yang entah apa isinya. Dengan ramah Firman menyambutnya, menerima apa yang diberikan oleh lelaki setengah tua itu tetapi ia tak langsung membukanya apa isi surat itu. Jangankan membuka, membaca alamat si pengirim pun ia tak menyempatinya.

 Ia terburu-buru setelah merubah niatnya untuk tidak masuk kerja, karena ia pikir ia harus pergi ke tempat dimana ia kirimkan rindunya. Untunglah, masih jam 7.25. masih sempat ia mengejar jadwal pemberangkatan kereta yang terjadwal sekitar jam 8.00 pagi. Ia bergegas tanpa berpikir yang lain lagi. Bismillah, doanya dalam hati.

 “Dinda, aku kan datang menjemputmu, membasuh rindu yang telah lama menjadi virus dalam hati”. Pikirannya tenang, sambil duduk di depan stasiun kota Bahtera ia kempulkan rokoknya menunggu kereta tiba.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar